SEBAIKbaiknya sedekah adalah dengan cara sembunyi -tidak diketahui- oleh orang lain. Hingga tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanan. Hal ini dilakukan untuk menghindari diri dari sifat ujub -riya'-. Hanya berharap ganjaran dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Banyak konten video di Youtube, Instagram, TikTok, dan media sosial lainnya berisi aksi memberi atau membantu sesama sedekah.Ada yang menyebut fenomena "Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Selfie" itu dengan Pansos panjat sosial. Yang dipanjat adalah panggung positifnya, selfie saat memberi itu memberikan inspirasi atau ajakan kepada orang lain untuk bersedekah. Rasulullah Saw bersabdaمن دعا إلى هدًى ، كان له من الأجرِ مثلُ أجورِ من تبِعه ، لا يُنقِصُ ذلك من أجورِهم شيئًا . ومن دعا إلى ضلالةٍ ، كان عليه من الإثمِ مثلُ آثامِ من تبِعه ، لا يُنقِصُ ذلك من آثامِهم شيئا“Barang siapa yang mendakwahkan kebenaran, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barang siapa mendakwahkan kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” HR. Muslim.Dalam konteks "mendakwahkan kebenaran" inilah, semoga pahala sedekah yang hilang akibat dipamerkan di medsos, bisa "tergantikan" dengan pahala dakwahnya -ajakan atau inspirasi kebaikan untuk Ikhlas Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tak TahuDalam perspektif Islam, publikasi sedekah bisa masuk kategori riya atau pamer amal mengajarkan, sedekah hendaknya ikhlas, jika perlu dilakukan diam-diam, sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui orang lain. Hal itu agar keikhlasan sedekah أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya 1 Imam yang adil, 2 seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, 3 seorang yang hatinya bergantung ke masjid, 4 dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, 5 seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan 6 seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta 7 seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”Ikhfa’ al-amal menyembunyikan amalan merupakan salah satu cara untuk menutup pintu riya’. Jika amalan kebaikan tidak ada yang menyaksikannya, maka pikiran yang menginginkan agar ada yang melihatnya dan memujinya akan sirna, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Al-Ihya 'Ulumuddin."Barangsiapa menyebut-nyebut sedekahnya, berarti menginginkan kemasyhuran. Dan barang siapa yang memberi di tengah-tengah orang banyak, dia adalah ahli riya," kata Imam Imam Ghazali, orang-orang terdahulu berusaha keras untuk menyembunyikan sedekahnya sehingga mereka tidak suka jika orang miskin yang diberi itu mengetahui siapa pembelinya. Karena itu ada di antara mereka yang lebih suka bersedekah kepada orang-orang miskin yang buta. Demi menjaga dari kemasyuran dan riya, kata Imam Ghazali, ada orang yang memasukkan uang di saku orang miskin yang sedang tidur, ada pula yang memberikan sedekahnya kepada orang miskin melalui perantara orang lain. Tujuan itu semua agar orang miskin itu tidak mengetahui sipemberiannya, sehingga orang yang diberi itu tidak merasa malu. "Jika dalam bersedekah yang dicari kemasyhuran dan untuk diperlihatkan kepada orang lain maka kebaikan yang menjadi rusak dan dosa pasti diperoleh," Al-Ghazali menyebutkan, disamping ada jenis riya’ al-jali riya’ yang jelas, ada juga riya’ al-khafi riya’ tersembunyi. Contoh riya’ al-jali, seseorang beramal karena dorongan utamanya ingin mendapat pujian dari riya’ tersembunyi, ia bukan menjadi pendorong utama seseorang untuk melakukan amalan. Hanya saja, dengan adanya riya’ tersembunyi ini semangatnya untuk beramal lebih sebuah sabdanya, Rasulullah Saw menyatakanعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏‏ ‏ "‏ الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ، وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ ‏"‏ ‏.‏Artinya Seperti dinarasikan Uqbah bin Amir Al-Juhani, Rasulullah SAW mengatakan, "Siapa yang membaca Al-Qur'an dengan suara keras maka seperti memberi sedekah terang-terangan dan siapa yang membaca dengan suara lembut maka seperti memberi sedekah secara rahasia." HR Sunan Abi Dawud.Imam An-Nawawi Asy-Syafii rahimahullah berkata dalam syarah sahih muslimPara ulama mengatakan bahwa sedekah sunnah yang afdol dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi karena lebih dekat dengan keikhlasan dan jauh dari riya’ pamer, adapun sedekah wajib zakat lebih afdol dilaksanakan secara terang-terangan. Demikian pula dalam masalah salat, jika salat wajib lebih afdol dilaksanakan secara terang-terangan jamaah di masjid dan salat sunnah lebih afdol dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi di rumah.Baca Juga 15 Pahala SedekahSemoga Fenomena Sedekah Era Medsos, Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Selfie, bukan pertanda riya. Semoga orang-orang baik mampu mempertahankan keikhlasannya dalam sedekah. Amin. Wallahu a'lam bish-shawabi.*
\n \n\nsedekah tangan kiri tidak boleh tahu

Matius6:3 ITB Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Ungkapan yang Tuhan Yesus berikan ini begitu kuat menjelaskan agar kita belajar untuk memberi dengan diam-diam, pertama bahwa kita tidak perlu orang lain tahu apa yang kita berikan sebab tujuannya bukan untuk orang tahu melainkan untuk membantu orang-orang yang memerlukan.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perihal memberi dan menerima, memang terkadang menjadi dilema, karena begitu banyak orang yang ikhlas memberi tanpa harus melakukan pencitraan dan dengan sikap kerendahan hati, namun banyak sekali sekarang kita lihat pencitraan dalam memberi bantuan kepada orang yang sangat kita dalam kondisi penuh permasalahan selama akibat yang ditimbulkan oleh pandemi covid-19 yang belum selesai sampai detik ini. Doa dan harapan selalu dikumandangkan agar pandemi ini segera usai. Segala cara dilakukan Pemerintah termasuk langkah-langkah pencegahan berskala besar agar tidak banyak yang dampak dan bahaya yang lebih besar akan muncul jika diberlakukan lockdown, maka Pemerintah lebih memilih PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar demi keberlangsungan hajat hidup orang banyak. Disamping memperhatikan keselamatan dan kesehatan warga, Pemerintah juga harus fokus pada kondisi ekonomi agar tidak hancur total akibat kebijakan yang salah. Yang penting, semua warga negara Indonesia mematuhi semua protokol kesehatan yang telah dibuat, sehingga kita bisa menjaga diri, menjaga kesehatan dan bisa memutus rantai penyebaran covid-19 dan kita juga bisa menjalankan aktivitas di luar rumah, jika itu memang harus dilakukan di luar tidak dapat dipungkiri bahwa akibat pandemi covid-19, semuanya berubah, kesedihan dan ketakutan membayangi kehidupan kita. Tidak jarang kita menjadi parno. Tau yah parno? Bahasa gaul yang berasal dari kata paranoid, yang artinya suatu keadaan yang berlebihan dalam rasa takut, curiga, khawatir dan menjaga jarak, tidak bersalaman, tidak bersentuhan, saat berbicara harus pakai masker, tidak boleh berkerumun dan semua himbauan Pemerintah harus kita patuhi, termasuk tidak boleh mudik di hari Lebaran nanti, merupakan aturan yang harus kita patuhi jika tidak mau tertular pandemi ini, tidak dapat dipungkiri semakin banyak yang menderita dan membutuhkan uluran tangan dan bantuan dari sesama warga Indonesia. Nah, disaat seperti inilah sedekah kita sangat dibutuhkan oleh sesama kita yang menderita akibat pandemi covid-19. Memberi dan menerima, adalah dua hal yang saling ketergantungan dalam sebuah ekosistem. Memberi sedekah sebuah perbuatan mulia yang akan mendapatkan pahala apabila pemberian kita itu tidak usah diumbar ke muka umum. Pemberian sedekah kita itu hendaknya diberikan dengan iklas hati, tidak pamer, tidak boleh membanggakan diri karena pemberian kasih sayang yang kita berikan telah membahagiakan yang berkesusahan, tidak boleh memamerkan kedermawanan nasehat yang diberikan oleh agama apapun itu. Hendaklah apa yang diberikan oleh tangan kananmu, tidak usah diketahui oleh tangan kirimu! Begitulah nasehat-nasehat orangtua yang harusnya kita pedomani saat bersedekah disaat pandemi seperti kita, sekecil apapun itu, tetapi sangat bermanfaat bagi yang membutuhkannya, sehingga kita bisa menjadi sosok-sosok yang memberikan kebahagiaan bagi sesama kita, atau istilah kerennya, connecting happines di saat pandemi covid-19. 1 2 3 4 Lihat Kurma Selengkapnya HaditsSedekah Tangan Kanan Tangan Kiri Tidak Tahu. November 24, 2021. 50. 3150. 'Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu'. Namun peribahasa 'tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu' ini sepertinya layak disandangkan kepada mendiang Ashraf Sinclair. Kepada Ahmad, Ashraf tak ingin kebaikan itu disebarluaskan kepada orang lain. ”Jika kalian menampakkan sedekah maka hal itu baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir maka hal itu lebih baik bagi kalian…” QS. Al-Baqarah 271 Sahabat pernahkah terpikir apa maksudnya sedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri? Ya, tentu saja hal ini terkait dengan melakukan amalan sedekah secara diam-diam. Sesuai namanya, sedekah seperti ini sunyi senyap’, tak memperoleh ucapan terimakasih, apalagi liputan media. Karena jangankan orang lain… Bahkan tangan kirinya sendiri pun tak mengetahui sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Beberapa kisah para ulama berikut ini bisa kita teladani sebagai wujud nyata bersedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri. Kisah pertama, sedekah yang dilakukan oleh Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Tidak pernah ada yang mengetahui siapakah yang selalu memberi sedekah berupa karung berisi tepung untuk penduduk dhuafa kota Madinah di malam hari. Setiap Shubuh tiba, para penduduk tersebut sudah menemukan sekarung tepung di depan pintu rumah mereka, dan hal ini terjadi tidak hanya sehari dua hari saja, melainkan selama bertahun-tahun. Lalu bagaimana kisah ini bisa sampai kepada kita sekarang? Sehingga kita mengetahui siapa yang melakukan sedekah rahasia tersebut? Ya, karena semua sedekah rahasia tersebut berhenti di hari kematian beliau. Dan betapa mengejutkan ketika orang yang memandikan jenazah beliau mendapati bekas kehitaman di punggungnya, tanda yang muncul akibat bertahun-tahun memanggul sendiri karung-karung tepung untuk dibagikan kepada kaum dhuafa. Awalnya tak ada yang mengetahui mengapa bekas kehitaman itu tampak di punggung beliau. Keluarga beliau pun tak paham bekas apa itu. Namun, pembantu beliau yang memang pernah memergokinya sedang memikul karung tepunglah yang memberitahukan. Hingga terang-benderang siapa pemberi sedekah rahasia untuk penduduk selama ini. Maasya Allah. Itulah sedekah yang dilakukan oleh keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sedekah yang amat jauh dari riya’ apalagi pencitraan. Kisah kedua, sedekah yang dilakukan oleh Abu Amru bin Nujaid Seorang ulama hadits dan ahli zuhud, Abu Amru bin Nujaid, memberikan bantuan sebesar 1000 dinar kepada Abu Utsman Al Hirri yang saat itu bertanggungjawab terhadap krisis yang sedang terjadi di negeri Naisabur Khurasan. Esok harinya, dengan gembira Abu Utsman mengundang Abu Amru untuk duduk di sebuah majelis yang dihadiri banyak orang. Pada kesempatan itu, Abu Utsman mengungkapkan terimakasih yang mendalam atas bantuan 1000 dinar dari Abu Amru. Namun tanpa diduga, tiba-tiba Abu Amru berdiri di hadapan hadirin dan menyampaikan, ”Sesungguhnya harta yang saya berikan adalah harta ibu saya dan ternyata beliau tidak ridha, maka mestinya harta tersebut dikembalikan kepada saya untuk saya kembalikan kepada beliau.” Ucapan ini membuat semua yang datang ke majelis tersebut kaget, apalagi Abu Utsman. Sama sekali tak disangkanya Abu Amru akan meminta kembali sedekah yang telah diberikannya. Mau tak mau, ia pun mengembalikan 1000 dinar tersebut. Hadirin bubar dengan kekecewaan besar terhadap ulama yang membatalkan sedekahnya itu. Begitu malam tiba, Abu Amru mendatangi lagi Abu Utsman dengan memberi kembali 1000 dinar itu sambil mengatakan, ”Anda bisa memanfaatkan harta ini untuk keperluan seperti kemarin, dan tidak ada yang tahu akan hal ini kecuali kita.” Maasya Allah. Sahabat, sesungguhnya sedekah seperti itulah yang in syaa Allah akan membuat pelakunya mendapati naungan istimewa Allah pada hari kiamat kelak. “Ada tujuh kelompok orang yang akan mendapatkan naungan rahmat Allah di hari kiamat di mana tiada tempat bernaung selain naungan Allah, di antaranya adalah “Lelaki yang bersedekah kemudian dirahasiakannya sampai-sampai tangan kirinya tidak megetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya.” HR. Muslim Maka, meskipun sedekah secara terang-terangan tidak Allah larang, namun sangat dahsyat jika kita juga memiliki sedekah sembunyi-sembunyi yang bahkan tidak diketahui oleh tangan kiri sendiri. Siapkah kita mengamalkannya? SH Baca Juga Menyesali Sedekah Keduanyasama-sama dijanjikan pahala yang luar biasa. Jika pun "dicurigai" ada niatan tidak ikhlas atau riya' (pamer), tentu saja ia tidak bisa dinilai demikian. Sebab, ikhlas atau riya' adalah soal niat dalam hati, yang tentu saja hanya Allah swt yang lebih tahu. "Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Oleh Deddy PanjaitanTeks Matius 61-4“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu Sesungguhnya mereka sudah mendapat jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”PendahuluanBersedekah itu kebajikan. Itu perbuatan yang mulia sekali. Setiap sedekah yang dilakukan mendapat pujian dari Tuhan. Bahkan mendapat upah dari Bapa itu banyak orang yang berlomba-lomba bersedekah. Demi mengejar upah atau pahala. Berapa pahala yang didapat dari bersedekah?Tidak tahu. Boleh jadi itu tergantung berapa banyak sedekah yang tergantung juga berapa banyak orang yang telah mungkin saja ada yang berpandangan demikian. Bersedekah untuk pahala. Salahkan hal itu?Bagaimana bersedekah yang alkitabiah? Yesus memberikan jawaban sebagai penuntun bersedekah yang memberikan petunjuk dalam Khotbah diatas bukit. Dituliskan di Matius 61-4.“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga..”Disebut, “ Jangan melakukan kewajiban agama dihadapan orang supaya dilihat mereka..”Kita coba lihat terjemahan lain mengenai kata “kewajiban agama,” untuk mendapat pengertian yang lebih baik..Terjemahan NIV mengatakan, “Berhati-hatilah untuk tidak mempraktikkan kebenaran mu di depan orang lain supaya dilihat oleh mereka…”Sementara KJV mengatakan, “Perhatikan, jangan kamu bersedekah dihadapan orang untuk dilihat oleh mereka.”Di Bahasa asli Yunani, kata yang digunakan adalah “δικαιούνη,n dikaiosuné {dik-ah-yos-oo’-nay}” 1 Memiliki beberapa pengertian1 dalam arti luas keadaan dirinya yang sebagaimana mestinya, kebenaran, kondisi berterima kepada Allah1a doktrin tentang cara manusia untuk mencapai perkenaan Tuhan1b integritas, kebajikan, kemurnian dari hidup, kebenaran, berpikir dan merasa dengan benar dan bertindak2 dalam arti yang lebih sempit, keadilan atau kebajikan yang memberi masing-masing kewajibanDari beberapa bagian terjemahan diatas, kita bisa mengambil poinya dari kata kita ingin berkenaan dan berterima dihadapan Tuhan, kita dapat melakukan kebajikan, melakukan kebenaran, melakukan ajaran satunya dengan memberi sedekah kepada orang yang sedekah kepada orang miskin merupakan kewajiban agama. Disebut kewajiban karena itu perintah segala sesuatu yang bentuknya perintah adalah kewajiban. Artinya wajib di tidak dilakukan menjadi berdosa. Barangkali itu sebabnya TIB menggunakan kata kewajiban memberi sedekah ini kita bisa baca di Ul 157-8, 10-11“Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu,tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.”Tuhan sahabat orang miskin dan orang kayaJadi perintah Tuhan adalah memberi kepada orang miskin dengan limpah, dengan yang memperhatikan orang miskin berkenaan kepada tidak senang orang-orang miskin diabaikan. Apalagi ditindas. Tuhan tegas berada disamping mereka.“Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.” Kel 236“Jika ia seorang miskin, janganlah engkau tidur dengan barang gadaiannya..” Ul 2412Tuhan juga sayang kepada orang kaya. Yang memperhatikan orang miskin. Orang kaya adalah mitra Tuhan untuk memelihara hidup orang sebabnya Tuhan sediakan janji berkat kelimpahan kepada mereka yang memperhatikan orang-orang miskin supaya mereka dapat terus memelihara orang itu orang-orang mampu tidak boleh lelah dan berhenti memperhatikan orang-orang kembali kepada teks utama kita, Matius 6 bersedekahKita diingatkan untuk tidak melakukan kewajiban agama yaitu sedekah dihadapan orang lain supaya dilihat..Perhatikan baik-baik..Ditempat yang pertama, Tuhan memerintahkan untuk bersedekah atau memberi kepada orang kedua ketika memberi sedekah tidak boleh di depan orang kenapa tidak boleh didepan orang lain? Untuk memahaminya perhatikan kata “supaya dilihat mereka..”Kata “supaya dilihat mereka..” itu bicara tentang motif dalam memberi. Yang dimaksud disini memberi dengan motif untuk mendapat kepada orang-orang bahwa saya orang yang dia akan mendapat pujian dan pengakuan kalau dia orang yang baik. Tetapi ini pengakuan ternyata orang-orang yang memberi sedekah dengan maksud supaya mendapat pujian adalah kebiasaan orang disebut di ayat 2.“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang.”Siapa itu orang munafik yang memberi dengan motif untuk mendapat pujian?Orang yang berpura-pura. Pura-pura setia, pura-pura baik. Tetapi dihatinya tidak demikian. Disebut juga orang bermuka dua.“Munafik” diambil dari “pemain panggung,” mereka bertindak sebagai orang lain, atau berbicara bukan sentimen mereka sendiri, tetapi sentimen orang PB munafik secara umum dikenal dengan, “menyembunyikan” atau menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya, dan menganggap atau mengungkapkan perasaan lain selain perasaan mereka sendiri. 2cth dia bukan orang yang dermawan. Tetapi supaya kelihatan baik dia akan memberi dengan catatan diketahui orang banyakTujuannya untuk pamer, mendapatkan tepuk tangan, dengan mengenakan penampilan sebabnya Yesus katakan ketika memberi sedekah jangan seperti orang munafik dengan mencanangkan canang.Bahasa aslinya katakan, “bunyikan terompet”Sedekah jangan dipamerkanAda dua interpretasi tentang ini. Diceritakan bahwa orang-orang Farisi benar-benar mempunyai terompet yang ditiup untuk memanggil orang-orang miskin dilingkungan mereka bahwa mereka akan memberikan sedekah. 3Dan bunyi itu akan kedengaran dan banyak orang tau kalau dia sedang memberi kedua ada yang mengatakan terompet itu adalah sejenis kotak tempat sedekah, dan ketika uang sedekah dimasukkan kedalam kotak berbentuk itu akan bunyi berdenting dan sipemberi itu akan mendengar dentingan uang itu sebagai musik yang manis dan dia akan bangga. 4Para sarjana mengatakan kalau praktek itu tidak ditemukan dalam literature Yahudi, dan praktek itu tidak mungkin dilakukan di mencanangkan atau membunyikan terompet ketika bersedekah lebih kepada makna kalau kita memberi tidak usah memberi tidak boleh untuk mendapat pujian dan pengakuan dari orang bahwa ada orang-orang yang motifnya untuk mendapat pujian jaman Yesus, terbukti dengan mereka melakukan sedekah itu ditempat-tempat dimana perbuatan mereka akan disaksikan orang banyak. Tempat itu seperti dirumah-rumah tempat orang berkumpul dalam jumlah besar. Maka bagi orang munafik tempat ini sangat juga mencari tempat diluar ruangan yaitu di gang-gang jalan. Kenapa bukan dijalan besar?Jalan besar kemungkinan mereka dilihat orang kecil dan orang miskin biasanya ada di gang-gang sebabnya pilihan utama di gang-gang karena disana banyak orang lalu juga dekat dengan pemukiman, maka kemungkinan perbuatan sedekah mereka dilihat orang lain jauh lebih mengatakan mereka yang membunyikan perbuatan sedekah mereka supaya dilihat orang sebagai orang yang berpura-pura murah hati, perbuatan itu hanya untuk menutupi kelemahan mereka. Untuk menyembunyikan tabiat mereka yang farisiDalam Lukas 121 Yesus berbicara tentang ragi kemunafikan orang Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.”Lebih lanjut di Matius 233-5, 23, 25“..tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat..”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan orang-orang munafik yang salah satu contohnya orang farisi. Mereka melakukan tindakan kebajikan motifasinya hanyalah untuk mendapat pujian dan menutupi tabiat mereka yang untuk mendapat pengakuan dari manusia kalau mereka orang yang tindakan itu murni hanya untuk mencari popularitas, pencitraan. Pemberian mereka tidak dilandasi kasih dan belas sebabnya Yesus mengajarkan, motivasi dalam memberi harus benar. Memberi harus dilandasi dengan kasih dan belas orang mengeksploitasi kemiskinan orang lain. Dengan membunyikan pemberian mereka. Kalau jaman dulu di rumah ibadah, di gang di media maaf saya tidak sedang mengomentari orang-orang yang memberi sumbangan kemudian penerima sumbangan difoto dan di mungkin pernah beberapa kali di jepret ketika memberi sumbangan lalu di upload di media saya kurang nyaman, walau saya juga tersenyum menatap kamera..Mungkin ada yang bertanya dalam hati, salahkah itu? kasih sumbangan sembako lalu difoto dan diupload?Salah atau tidaknya biarlah Tuhan yang menjadi hakim kita. Yang pasti kembali kepada motifasi dalam yang menjadi motif kita? Saya tau ada banyak juga yang melakukannya untuk memberikan inspirasi kepada orang Tuhan yang menjadi hakim diantara kita..Kembali kepada sedekahYesus mengajarkan prinsip memberi yang benar..prinsip itu kebalikan dari ayat 1 dan 2. Diterangkan dalam bentuk kiasan.“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Matius 6 dengan cara memberi orang munafik. Orang benar memberi secara tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh maksudnya?Pemberian sedekah itu harus disembunyikan bahkan dari saudara terdekat jadi ketika mereka tahu, akan menghalangi kita untuk melakukan kebajikan kepada orang jauh kita harus sembunyikan hal itu sejauh mungkin dari diri kita sendiri, tanpa perlu memikirkan mereka. 5Jadi ungkapan, “tangan kanan memberi jangan diketahui tangan kiri” menyatakan kerahasiaan sedekah kita. Seperti yang diungkapkan ayat 4,“Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi..”Dalam kanon Yahudi dikatakan, “memberi hadiah kepada temah karena kasih, membuatnya diketahui. Tetapi jika itu untuk sedekah tidak perlu diketahui.” 6Upah sedekahMereka yang memberi sedekah dengan motif pamer dan pencitraan. Demi mendapat pujian. Akan mendapat upah tapi bukan dari Bapa mereka yang memberi dengan motif yang benar. Bukan untuk mendapat pujian. Akan mendapat upah dari Bapa di penggunaan kata untuk kedua pemberi diatas sama-sama mengunakan kata dalam Bahasa aslinya, penggunaan kata upah, baik untuk pemberi munafik dan pemberi yang benar menggunakan kata yang pemberi munafik digunakan kata misthos. Sementara kepada pemberi yang benar digunakan kata misthos artinya upah, bayaran, sewa. Kata ini digunakan misalnya menyatakan sesuatu pekerjaan yang sudah selesai kita kerjakan kemudian dapat semacam transaksi jual beli. Membeli pujian dengan sedekah..Kemudian misthos atau upah digunakan sebagai hasil alami dari dari kerja keras atau usaha keras yang sudah dilakukan. Kemudian dapat upah atau munafik dapat upahnya. Upahnya adalah tepuk tangan. Pujian dari manusia. Dan itulah yang mereka cari. Dan mereka sebabnya Tuhan tidak memiliki upah lagi yang bisa diberikan kepada mereka, baik hari ini maupun untuk upah akhir pada dunia yang akan sudah mendapatkannya di dunia ini dari tidak mencari kehormatan Tuhan, melainkan penghormatan dari manusia, dimana semua itu untuk kebanggan diri dan kepentingan diri yang munafik sangat mengharapkan dihargai dan dipuji, disanjung sebagai orang baik oleh itulah mereka memberi dihadapan banyak orang dengan motif untuk pujian bagi diri yang benarPemberi yang benar tidak mencari pujian. Karena itu mereka memberi secara mereka tidak perlu dipamerkan. Prinsipnya biarlah Tuhan saja yang sebabnya kata yang digunakan adalah apodidōmi artinya memberi, tidak ada unsur memberi sebagai transaksi. Tidak ada motif untuk mendapat pujian atau pencitraan. Memberi dengan kasih 5 alasan mengapa harus memberi dengan tersembunyi?1. Untuk menjamin kemurnian motif di hati si pemberi dengan menghilangkan godaan untuk Untuk melindungi dan menghormati privasi penerima, privasi yang sangat diperlukan untuk pemulihan dan Untuk melindungi dermawan dari tersebarnya panggilan atas kemurahan Untuk memberikan dasar yang mulia dalam mengembangkan kasih yang sejati dan persahabatan antara penolong dan orang yang Untuk menghormati perintah khusus Kristus ini; dan, bagi orang Kristen, ini yang paling mematuhi perintah KristusKonsekuensi tragis dari kegagalan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan ini sekarang terlihat jelas pada skala nasional di mana bantuan terhadap orang-orang miskin telah merendahkan martabat jutaan harus berdiri berbaris, membuka rahasia jiwa mereka yang akhirnya tenggelam dalam kemiskinan permanen dan profesional dan sepenuhnya meninggalkan harga diri, kemandirian, dan tanggung pemerintah pun dapat melanggar perintah Kristus dalam urusan kesejahteraan manusia, sehingga mengalami kerusakan yang luas dan tidak dapat diperbaiki, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi yang memberi secara tersembunyi akan mendapat balasan dari Tuhan secara terbuka. Pada hari besar ketika Tuhan semua rahasia akan disingkapkan dihadapan para malaikat dan manusia. Pada saat itu pemberi yang benar akan mendapat pemberi munafik tidak mendapat upah. Mereka sudah mendapatkannya dari adalah sifat Kristus. Sifat ini harus menjadi sifat kita. Yesus memberi dengan tulus tanpa pamrih. Dia memberikan dengan ajaran Yesus dalam hal memberi sedekah harus menghindari dua sikap berikut iniMotif memberi bukan untuk mendapat tidak boleh didepan orang supaya memberi yang benar adalah memberi secara tersembunyi. Tidak ada yang melihat kecuali sipenerima dan karena kasih dan belas untuk kemuliaan Tuhan. Bukan kepujian diri dan kebanggaan. Karena tidak ada yang bisa kita yang kita miliki dalam hidup ini adalah pemberian Tuhan. Keselamatan yang kita terima juga karena pemberian yang memberi secara tersembunyi akan mendapat upah secara terbuka dihadapan malaikat dan Tuhan yang akan mengumumkan semua kebajikan yang telah kita Online Greek Bible. “dikaiosune” Albert. “Commentary on Matthew 62”. “Barnes’ Notes on the Whole Bible”.Ellicott, Charles John. “Commentary on Matthew 62”. “Ellicott’s Commentary for English Readers”. Adam. “Commentary on Matthew 63”. “The Adam Clarke Commentary”Gill, John. “Commentary on Matthew 63”. “The New John Gill Exposition of the Entire Bible”6,575Comments comments
YangViral Yang MenginspirasiAamir Khan bersedekah tepung kepada warga miskin di Delhi. Kawasan yang terdampak parah wabah Corona di India.Aksi Aamir
Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Tangankanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori alasan terbaik untuk tidak bersedekah dalam kamus saya setelah alasan biar dikit yang penting ikhlas. Entah kenapa kalimat itu jadi favorit bagi saya, tapi sepertinya banyak juga teman2 yang sepaham dengan saya kala itu. Sampai-sampai mau memasukkan uang seribu rupiah ke kotak infak waktu

Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi 1/21/2013 0 komentar Diam-diam Gak Sedekah atau Sedekah Diam-diam?Oleh Wandi Hartoyo* KOMPASIANATulisan ini kami tulis karena banyaknya kontroversi tentang sedekah di kompasiana. Pada dasarnya kita ini manusia tidak berhak melihat keikhlasan seseorang, karena keikhlasan seseorang itu adalah hak manusia dengan Tuhan dan kita tidak berhak menghakimi, ataupun ber-kontroversi bahwa untuk bersedekah harus diam diam karena yang diam diam belum tentu ikhlas dan yang terang terangan belum tentu itu bagusnya terang-terangan atau diam-diam sih? Kenapa banyak yang doyaaaan banget bilang “Tangan kanan memberi, tangan kiri nggak boleh tahu”?Sebenarnya dalam Al Qur’an banyak koq ayat yang membolehkan sedekah terang-terangan."Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang – terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." ; 274Ada ayat lain yang membolehkan sedekah terang-terangan ; 13 ;22, 14 ;31, 16 ;75, dan 35 ; 29“Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu”. Kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori “alasan terbaik untuk tidak bersedekah” dalam kamus saya setelah alasan “biar dikit yang penting ikhlas”.Entah kenapa kalimat itu jadi favorit bagi saya, tapi sepertinya banyak juga teman-teman yang sepaham dengan saya kala itu. Sampai-sampai mau memasukkan uang seribu rupiah ke kotak infak waktu sholat jum’at saja saya sampai menyimpan tangan kiri kedalam saku celana biar tangan kiri nggak tau… hehehe.. yang ini becanda Apa efeknya…? Tiap mau bersedekah atau mengajak orang lain bersedekah, kalimat itu selalu terngiang ditelinga sehingga selalu mengurungkan niat saya untuk akhirnya kemudian seorang “Pencinta Sedekah” menjelaskan kepada saya bahwa hadits yang berbunyi “Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu” itu sebenarnya lebih dimaksudkan untuk menjaga perasaan dan kemuliaan diri orang yang menerima dia menunjukkan sebuah ayat menarik dari Al Qur’an yang mulia "Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu TIDAK SALING MENGAJAK memberi makan orang miskin". Fajr 15-18 Nah, bagaimana caranya “tangan kiri” tidak boleh tahu kalau di Al Qur’an sendiri kita malah diharuskan mengajak sang “tangan kiri” orang lain?Ada ayat lain tentang sedekah terang-terangan "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan TERANG-TERANGAN, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." Al Baqarah 274 Ayat lain tentang sedekah terang-terangan Ar Ra’ Ibrahim 31, An dan Al Faathir 29,.Yang tidak boleh itu adalah menyiarkan ke orang lain bahwa kita telah menyedekahi si Anu sekian, si Fulan sekian sehingga membuat mereka yang menerima sedekah merasa malu pada satu manfaat sedekah terang-terangan ialah kita bisa memotivasi orang lain untuk ikut bersedekah dan kita juga mendapat kebaikan dari orang yang bersedekah karena ajakan kita tanpa mengurangi sedikitpun kebaikan dari orang itu sendiri. Mantap nggak tuh..?Nah, karena sudah paham, sekarang saatnya saya mengajak “tangan kiri” untuk ikut bersedekah…Dan akhirnya saya kutip tulisan teman saya yang sangat menarik LEBIH BAIK DIAM DIAM SEDEKAH atau TERANG TERANGAN SEDEKAH...DARIPADA DIAM DIAM TIDAK SEDEKAH, ATAU TERANG TERANGAN GAK SEDEKAH…ATAU YANG PALING KOPLAK…SUDAH MENUDUH SESEORANG YANG BERSEDEKAH DENGAN KATA "RIYA"…"PAMER ” DAN SEBAGAINYA.. PADAHAL DIA SENDIRI GAK SEDEKAH.*KOMPASIANA Category Tausiah, Tulisan Kader Bacajuga: 3 Kali Khatam Alquran demi Fitnah Islam, Wendy Lofu Akhirnya Jadi Mualaf. Namun lain halnya, apabila seseorang memiliki udzur atau halangan seperti tangan kanannya terluka, sehingga diperbolehkan menggunakan tangan kiri, maka hukumnya mubah (boleh). Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: الأكل باليد اليسرى
Oleh Muhammad IshomDalam sebuah hadits dinyatakan bahwa kelak pada hari Qiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada 7 golongan orang. Salah satunya adalah golongan orang yang semasa hidupnya suka bersedekah sedemikian rupa sehingga tidak diketahui orang lain. Dalam hadits itu disebutkan bahwa ketika tangan kanan memberikan sedekah, tangan kiri tidak mengetahuinya. Tangan kiri dalam hadits tersebut dipahami sebagai perumpamaan orang lain. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tersebut berbunyiورجل تصدق بصدقة فاخفاها حتى لا تعلم شماله ما صنعت يمينه“Seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.”Hadits tersebut pada umumnya dipahami seperti itu, yakni sedekah yang paling baik adalah sedekah yang tidak diketahui orang lain. Atas dasar pemahaman seperti itu, maka tidak jarang kita mendengar atau menemukan daftar penyumbang anonim, yakni seseorang memberikan sedekah atau sumbangan dengan tidak mencantumkan namanya; atau dengan mengidentifikasi diri sebagai “Hamba Allah”. Pemahaman seperti itu memang sudah jamak. Namun, jika pemahaman seperti itu yang benar, maka pertanyaaanya bagaimanakah sikap kita ketika kita disodori list atau daftar penyumbang di mana nama penyumbang dan besarnya sumbangan dicantumkan secara jelas? Bagaimana pula ketika kita berada di masjid, misalnya, kita disodori kotak infaq berjalan? Apakah sebaiknya kita menolak mengisi kotak infaq itu dengan alasan khawatir tidak ikhlas karena dilihat banyak orang? Untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, marilah kita telaah sampai dimana pemahaman seperti itu bisa diterima. Untuk maksud itu, saya akan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dasar rujukan, atau sering disebut dengan dalil naqli dan logika yang sering disebut dengan dalil aqli. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara panjang lebar, saya ingin menyampaikan jawaban sementara bahwa pemahaman tangan kiri adalah perumpamaan orang lain bukanlah pemahaman yang tepat.. Argumentasi saya adalahPertama, tangan kiri jika dikaitkan dengan tangan kanan sebagaimana disebut dalam hadits di atas, kurang tepat jika ditafsirkan sebagai orang lain. Alasannya, tangan kiri dan tangan kanan merupakan pasangan anggota badan yang terdapat dalam diri seseorang, sebagaimana telinga kiri berpasangan dengan telinga kanan, kaki kiri berpasangan dengan kaki kanan, dan seterusnya. Singkatnya, tangan kiri bukanah orang lain, tetapi bagian dari diri sendiri dalam satu dalam Al-Qur’an kata “kanan” sering dikaitkan dengan “kebaikan”, dan kata “kiri” dikaitkan dengan “keburukan”. Sebagai contoh misalnya, dalam Surah Al Waqi’ah, ayat 27, terdapat istilah “ashabul yamin” artinya golongan kanan; dan dalam ayat 41 terdapat istilah “ashabus syimal” artinya golongan kiri. Yang dimaksud “Ashabul yamin” golongan kanan adalah orang-orang baik yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan dan oleh karena itu mereka masuk surga. Sedangkan “ashabus syimal” golongan kiri adalah orang-orang jelek yang menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, dan karena itu mereka masuk neraka sebelum kemudian masuk surga setelah masa hukumannya habis terlebih dahulu. Singkatnya, “kanan” berarti “baik” dan “kiri” berarti “buruk” atau “jelek”. Dalam kaitan dengan hadits di atas, jika “tangan kiri” diartikan sebagai orang lain, maka arti itu kurang sehubungan dengan makna-makna tersebut, maka “tangan kanan” dalam hadits di atas dapat diartikan sebagai simbol positif berupa amal sedekah kepada orang lain dengan dilandasi niat yang baik. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan “tangan kanan” adalah perbuatan baik yang didorong oleh keinginan yang baik, yakni niat ikhlas beribadah semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Inilah yang sering disebut dengan nafsul muthmainnah, yakni nafsu yang baik. Sedangkan “tangan kiri” adalah simbol negatif berupa kejelekan yang didorong oleh keinginan yang jelek, seperti riya’, pamrih dan sombong. Inilah yang sering disebut dengan nafsul ammarah bis suu’, yakni nafsu yang apakah sedekah yang dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui orang lain dijamin pasti lebih baik dari pada yang dilakukan secara terbuka? Jawabanya, belum tentu sebab baik buruk suatu amal tergantung pada keikhlasan, sedangkan keikhlasan itu terletak di dalam hati. Bisa saja seseorang bersedekah dengan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”, tetapi dalam hati sebenarnya ia sangat membanggakannya. Ini bisa berarti riya’, yang berarti pula tidak ikhlas. Demikian sebaliknya, bisa saja seseorang bersedekah secara terbuka dengan mencantumkan nama yang jelas dan diketahui orang banyak, tetapi dalam hatinya tidak ada rasa pamer sedikitpun dan jauh dari keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Bukankah yang disebut terakhir itu lebih baik dari pada yang disebut pertama? Kelima, Al-Qur’an membolehkan sedekah dilakukan secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al Baqarah, ayat 274الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang – terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."Berdasar pada ayat di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara sedekah yang dilakukan secara sirri atau rahasia dengan sedekah yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan. Al-Qur’an mengakui keabsahan dan kebaikan keduanya meski beberapa ulama berpendapat bahwa sedekah untuk pribadi lebih baik tidak diketahui orang lain untuk menjaga privasi pihak penerima. Jika demikian halnya, maka sejatinya yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak; mendapatkan pujian dari orang lain; mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat; atau pencitraan dengan maksud-maksud tertentu. Keikhlasan seperti itu hanya bisa dicapai ketika seseorang dalam bersedekah menyembunyikan tangan kanannya agar tidak diketahui oleh tangan kirinya. Maksudnya, jangan sampai sedekah yang kita lakukan dengan niat samata-mata beribadah kepada Allah, dirusak oleh nafsu jelek yang ada dalam diri kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Jika kita telah mampu melupakannya, dalam arti benar-benar dapat mengendalikan tangan kiri, maka goda-godaan apapun, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar, tidak akan akan mampu mempengaruhi keikhlasan kita. Jika hal itu bisa kita capai, maka itulah yang dimaksud merahasiakan sedekah demi mencapai keikhlasan yang optimal. Bukan merahasiakan terhadap orang lain, tetapi terhadap nafsunya sendiri yang disimbolkan dengan tangan kiri. Ketika kita ikhlas, maka tidak ada persoalan apakah sedekah itu kita lakukan secara terbuka dengan diketahui orang lain atau kita lakukan secara rahasia tanpa diketahui orang lain. Singkatnya, dalam bersedekah tantangan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain, yakni bagaimana kita bisa bersedekah secara ikhlas dalam arti yang sebenarnya. Dengan argumentasi-argumentasi sebagaimana saya uraikan di atas, maka saya berkesimpulan yang dimaksud tangan kiri dalam hadits di atas adalah nafsu kita sendiri yang disebut nafsul amamrah bis suu’. Dengan demikian, jika tangan kiri dipahami sebagai orang lain dan sedekah dianggap lebih baik apabila dirahasiakan dari orang lain, maka pemahaman itu kurang tepat. Apalagi sekarang manajemen modern menuntut adanya transparansi dan akuntabiltas, terutama dalam laporan-laporan keuangan. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum KPU telah menetapkan Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2013 tentang pedoman pelaporan dana kampanye. Dalam peraturan itu, seorang penyumbang dana untuk partai politik tidak diperkenankan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”. Alasannya, untuk mencegah dana yang diterima partai politik termasuk dalam unsur pidana, seperti uang dari perbuatan korupsi dengan tujuan money laundry, dan adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta
SedekahIkhlas: Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tak Tahu. Dalam perspektif Islam, publikasi sedekah bisa masuk kategori riya atau pamer amal kebaikan. Islam mengajarkan, sedekah hendaknya ikhlas, jika perlu dilakukan diam-diam, sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui orang lain. Hal itu agar keikhlasan sedekah terjaga. RENUNGAN HARIAN KRISTEN TERBARU, RABU 20 JANUARI 2021 756. HAL MEMBERI SEDEKAH JANGANLAH DIKETAHUI TANGAN KIRIMU APA YANG DIPERBUAT OLEH TANGAN KANANMU Oleh E. Gunawi Sp. FIRMAN TUHAN Kitab Injil Matius 61-4. Shalom. Puji Tuhan! Dalam suasana yang sangat berbahagia ini, dari Bantul, Yogyakarta, Indonesia, kami Renungan Harian Kristen Terbaru, menyampaikan salam sukacita dan damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus Kristus, kepada semua pembaca dari segala bangsa di semua negara sampai ke ujung bumi. Pada hari ini, kita akan mempelajari dan merenungkan ayat-ayat Firman Tuhan yang ditulis dalam Kitab Injil Matius 61-4. Perikopnya adalah “Hal memberi sedekah”. Topik kita yaitu HAL MEMBERI SEDEKAH JANGANLAH DIKETAHUI TANGAN KIRIMU APA YANG DIPERBUAT OLEH TANGAN KANANMU. Puji Tuhan! Haleluya! Pengantar Secara duniawi, kita sering melihat tayangan di layar kaca mengenai banyaknya orang yang memberi sedekah. Sudah tentu, kita percaya bahwa pemberian sedekah itu dilandasi oleh keinginan yang tulus untuk berbagi berkat kepada sesama. Memberi sedekah, atau berbagi kasih karunia, atau berbagi berkat, yang tidak ingin dipuji, adalah perbuatan baik yang sangat berkenan di hati Tuhan. Memberi sedekah atau berbagi kasih karunia atau berbagi berkat adalah ujud nyata dari ajaran kasih ilahi. Dalam Kitab Injil Matius 61-4, Tuhan Yesus mendidik, mengajar dan menasihati para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, dan kepada kita pada zaman sekarang. Secara garis besar, ayat-ayat tersebut menasihati kita pada perkara-perkara sebagai berikut. Pertama, ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. Kedua, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu. Ketiga, jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Keempat, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu Pertama, ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka Apabila kita melakukan salah satu perintah Tuhan, yaitu berbagi kasih karunia, namun hendaklah kita tidak mencanangkannya kepada orang banyak. Hendaklah kita melakukannya dengan tersembunyi dan tidak memegahkan diri dengan berjalan ke sana dan ke mari. Hendaklah kita tidak menceriterakannya dengan bangga kepada khalayak ramai. Pada waktu itu, Tuhan Yesus sendiri mengingatkan para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, supaya mereka hendaknya selalu mengingat-ingat didikan, ajaran dan nasihat-Nya. Hendaklah mereka jangan melakukan kewajiban agama mereka di hadapan orang supaya dilihat mereka dan mendapat pujian. Secara tersirat, Alkitab mengatakan hendaklah mereka tidak memamerkan atau mempertontonkan pelaksanaan Firman dan perintah Allah di hadapan publik. Karena jika demikian, maka mereka tidak beroleh upah dari Allah Bapa yang bersemayam di Kerajaan Sorga. Sekaitan dengan itu, baca dan pelajarilah Firman Tuhan yang dicacat dalam Kitab Injil Matius 61. Alkitab mengatakan kepada kita “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Kedua, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu Dalam Kitab Injil Matius 62, Tuhan Yesus berfirman “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” Dalam konteks itu, ayat Firman Tuhan mengatakan bahwa apabila mereka, yaitu para murid-Nya dan orang banyak pada zamannya, akan berbagi kasih karunia, maka hendaklah mereka tidak mempertunjukkan dan membanggakan kepada orang-orang lain. Hendaklah mereka dan kita tidak memamerkan atau mempertontonkan sedekah mereka apabila mereka dan kita memberi sedekah kepada orang yang berkekurangan. Tuhan Yesus Kristus juga memberi nasihat dan mengingatkan supaya mereka jangan mencanangkan pemberian sedekahnya itu kepada semua orang. Sebab kalau demikian, lalu apa bedanya dengan perbuatan orang-orang munafik. Jadi, apabila memberi sedekah, janganlah kita melakukannya seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadah dan di lorong- lorong. Yaitu supaya perbuatan mereka itu dilihat oleh banyak orang yang kemudian memujinya seperti yang dikehendakinya. Ketiga, jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu Sehubungan dengan itu, dalam Kitab Injil Matius 63, Tuhan Yesus berfirman kepada mereka dan kita “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” Melalui ayat Firman Tuhan ini, Tuhan Yesus yang menjadi sumber dari segala sumber kasih karunia memberi nasihat dan mengingatkan mereka, apabila mereka memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kiri mereka tentang segala sesuatu yang diperbuat oleh tangan kanan mereka. Boleh jadi, mereka mengalami kesulitan untuk menentukan tangan kiri mereka tidak mengetahui perbuatan tangan kanan mereka. Tetapi inilah Firman Tuhan. Jadi maksud-Nya, secara implisit Tuhan Yesus Kristus menghendaki bahwa apabila tangan kiri saja tidak boleh tahu akan sedekah tangan kanan kepada seseorang, apalagi orang lain yang di luar diri kita dan tubuh kita? Sungguh! Oleh sebab itu, camkanlah Firman Tuhan yang mengatakan bahwa jika kita memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kiri kita apa yang diperbuat tangan kanan kita. Janganlah kita pamer kalau kita sudah memberi sedekah. Janganlah kita memegahkan diri apabila kita sudah berbagi berkat. Keempat, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu Dalam memungkasi didikan, ajaran dan nasihat-Nya pada perikop “Hal memberi sedekah”, Tuhan Yesus mengingatkan mereka dan kita agar hendaknya sedekah kita itu diberikan dengan tersembunyi. Hendaklah sedekah kita itu dilakukan dengan diam-diam. Hendaklah kita tidak mempertontonkan pemberian sedekah kita kepada siapa pun juga. Sebab jika demikian, maka Allah Bapa yang bertakhta di Kerajaan Sorga akan melihat yang tersembunyi itu. Imanilah! Percayalah! Bahwa Dia akan membalasnya kepada kita, tepat pada waktu-Nya. Sekaitan dengan itu, simak dan selidikilah Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Injil Matius 64. Alkitab menyatakan kepada kita “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Boleh jadi, kita masih ingat akan kisah Petrus dan Kornelius seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia di Kaisaria. Kornelius dan seisi rumahnya adalah orang-orang yang saleh dan takut akan Tuhan. Ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi. Ia juga senantiasa berdoa kepada Allah. Sekitar jam tiga petang, jelas tampak pada penglihatan Kornelius seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya “Kornelius!” Ia kemudian menatapnya dan berkata “Ada apa, Tuhan?” Lalu malaikat Allah itu berkata bahwa semua doa dan sedekah Kornelius sudah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingatnya. Kisah itu dinyatakan oleh Firman Tuhan sebagaimana tercantum dalam Kitab Kisah Para Rasul 104, yang demikian bunyinya “Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata “Ada apa, Tuhan?” Jawab malaikat itu “Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” Secara tersurat dan tersirat, kisah tersebut mengajar kita, kendati tidak ada seorang pun yang melihat dan memuji sedekah kita, namun Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus yang bertakhta di sana, di Kerajaan Sorga, niscaya melihat segala sedekah kita. Dan percayalah! Imanilah! Bahwa Dia akan memberkati kita tepat pada waktu-Nya. Haleluya! Pelajaran yang dapat kita petik Secara eksplisit dan implisit, Alkitab melalui Kitab Injil Matius 61-4, menuturkan bahwa Tuhan Yesus mendidik, mengajar dan menasihati para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, dan kepada kita pada zaman sekarang. Bahwa hendaklah mereka jangan melakukan kewajiban agama mereka di hadapan orang banyak supaya dilihat dan dipuji oleh mereka. Oleh sebab itu, apabila mereka akan memberi sedekah, maka hendaklah mereka janganlah mencanangkannya. Hendaklah mereka tidak memamerkan dan mempertontonkannya di hadapan khalayak ramai. Sekaitan dengan itu, apabila mereka memberi sedekah, hendaklah jangan diketahui tangan kiri mereka mengenai sedekah yang diperbuat tangan kanan mereka. Sebab, Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus, yang bertakhta di Kerajaan Sorga, niscaya melihat segala sedekah kita. Dan percayalah, bahwa Dia akan membalas kita tepat pada waktu-Nya. Lantas, bagaimanakah dengan diri kita yang hidup pada zaman ini? Sudahkah kita melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang? Sudahkah kita tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan? Kemudian, sudahkah kita menjaga tangan kiri kita agar tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat oleh tangan kanan kita? Sudah tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita sudah melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang. Tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan. Sudah tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita sudah menjaga tangan kiri kita supaya tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat oleh tangan kanan kita. Berbahagialah kita Berbahagialah kita yang ketika kita melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang, karena Dia akan menyertai, menolong, menopang, melindungi dan memberkati kita, tepat pada waktu-Nya. Berbahagialah kita yang tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian warisan hidup kekal yang penuh sukcita dan damai sejahtera di sorga. Berbahagialah kita yang menjaga tangan kiri kita supaya tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat tangan kanan kita, karena Dia, Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus, akan melihat segala sedekah kita dan akan membalas kita tepat pada waktu-Nya. JESUS CHRIST BLESS YOU AND US. HALLELUJAH. AMEN. ********* Terima kasih Ibu/Bapak/Saudara/i sudah berkenan membaca Renungan Harian Kristen Terbaru ke-756, yang diunggah melalui edisi hari ini. gmail COkNgQn.
  • fa4l5zniov.pages.dev/357
  • fa4l5zniov.pages.dev/350
  • fa4l5zniov.pages.dev/129
  • fa4l5zniov.pages.dev/369
  • fa4l5zniov.pages.dev/294
  • fa4l5zniov.pages.dev/298
  • fa4l5zniov.pages.dev/328
  • fa4l5zniov.pages.dev/196
  • sedekah tangan kiri tidak boleh tahu